Sebuah tongkrongan. Lima sahabat telah menjalin persahabatan selama tujuh tahun semenjak dari SMU sampai melewati masa-masa kampus. Mereka adalah Zafran si vokalis sekaligus penyair indie yang percaya bahwa dia adalah Achilles, Arial si Ganteng dan sporty, yang sangat apa adanya dan selalu nurut sama papan pengumuman, Riani si cantik pintar, aktivis kampus keibuan dan cerewet, Ian si chubby, fans berat sepakbola, pecandu PS2, dan apa pun yang berbau “bokep”, dan yang terakhir “The Leader” Genta, tempat mereka bertanya, curhat, dan yang berinisiatif maju paling depan kalau semuanya udah berantakan gara-gara kegilaan mereka.
Kegemaran kelima sahabat ini adalah mengeksekusi hal-hal yang tidak mungkin. Semenjak dari SMU mereka sudah cocok satu sama lain, sudah gila bareng, mencoba- coba segala hal, dari kafe paling terkenal di Jakarta, sampai nonton layar tancep. Semuanya penggemar film, dari Film Hollywood sampai film yang nggak kelas—kecuali film India karena mereka punya prinsip bahwa semua persoalan di dunia atau masalah pasti ada jalan keluarnya dan jalan keluarnya itu bukan dengan joget.
Suatu saat, karena terkontaminasi dengan bacaan pintar yang menjadikan mereka sangat sok tahu dan menjadi merasa bosan antara satu dan yang lainnya. Akhirnya, mereka memutuskan untuk tidak saling berkomunikasi dan bertemu satu sama lain selama tiga bulan. Selama tiga bulan berpisah ini, telah terjadi banyak hal yang mereka alami, yang membuat hati mereka lebih kaya dari sebelumnya.
Di antara mereka berlima ternyata ada cinta yang telah lama tersimpan rapi. Cinta yang tidak bisa disangkal, penuh dengan keyakinan untuk disampaikan, cinta yang menginginkan lebih daripada cinta seorang sahabat.
Pertemuan setelah tiga bulan yang penuh dengan rasa kangen akhirnya terjadi dan dirayakan dengan sebuah perjalanan. Sebuah perjalanan yang penuh dengan keyakinan, mimpi, cita-cita, dan cinta. Sebuah perjalanan yang telah mengubah mereka menjadi seorang manusia sesungguhnya, bukan cuma seonggok daging yang bisa berbicara, berjalan, dan punya nama.
“Ada yang pernah bilang kalau idealisme adalah kemewahan terakhir yang dimiliki oleh generasi muda...”
ISBN | : | 9786022510703 |
Tanggal Terbit | : | 23 April 2015 |
Orang biasa yang terus berjuang untuk impiannya menjadi seorang penulis. Pada 2008 memutuskan untuk meninggalkan pekerjaannya di sebuah Bank Swasta dan menjadi penulis, pilihan pekerjaan yang masih harus terus ia perjuangkan sampai sekarang. Novel pertamanya, 5 cm, adalah pengalaman pribadinya bersama sahabat-sahabatnya mendaki puncak Mahameru, yang ia tuangkan ke dalam tulisan. Novel yang terbit perdana pada 21 Mei 2005 tersebut terus dicetak ulang sampai sekarang (edisi Mega Best-seller 2015). Pada 2 Juli 2011, ia meluncurkan buku keduanya yang berjudul 2. Kembali ia mengangkat tema anak muda, tentang seorang perempuan Indonesia bernama Gusni Annisa Puspita yang berjuang untuk dirinya, keluarganya, dan bangsanya.
Laki-laki hitam berbadan besar dan berwajah marinir ini sebenarnya tidak ada tampang, bakat, atau berasal dari keturunan penulis. Kelebihan sekaligus kekurangan yang ia syukuri adalah ia suka terlalu sensitif. Kadang penggemar berat tahu dan air putih ini bisa tiba-tiba terharu biru sama kalimat yang ditulisnya sendiri. Profesinya sebagai penulis telah membawanya keliling kampus, toko buku, dan acara-acara buku, hampir di seluruh Indonesia untuk berbagi pengalaman yang menyenangkan kepada anak muda Indonesia tentang dunia tulis-menulis, mulai dari bagaimana awal memperjuangkan sebuah tulisan untuk bisa diterbitkan, dan bagaimana terus bekerja keras menjalani pilihan profesi sebagai penulis di Indonesia.
“Kalau kamu sudah ketemu Mas Donny, kamu ketemuan dengan seorang teman, bukan seorang penulis,…” Begitu tutur para pembaca yang sudah bertatap muka dengannya. Pada awalnya mungkin takut karena tampangnya galak, tapi lama-lama kalau sudah ngobrol-ngobrol. Jelas ini orang tampangnya doang ABRI, tapi hatinya Barbie.
Donny akan terus menulis untuk anak muda Indonesia dengan segala keceriaanya, kegalauannya, semangatnya, impiannya, idealismenya, dan cintanya. Jauh dalam hatinya dan dekat di depan keningnya, seorang Donny Dhirgantoro percaya bahwa anak muda Indonesia adalah “keajaiban” dari Tuhan untuk Indonesia yang lebih baik nantinya. Amin.