Apakah Bagimu Menulis Itu Menyenangkan?
Di meja redaksi Grasindo, setiap hari ada banyak naskah yang masuk. Sebagian besar naskah tersebut datang dari penulis-penulis baru. Menyenangkan sekali rasanya melihat antusiasme yang sedemikian besar tersebut. Namun ada yang menggelitik.
Rata-rata penulis menyebutkan dalam biodata yang terlampir, bahwa menjadi penulis adalah renjana (passion) mereka. Memang renjana (passion) telah menjadi kata yang sering sekali berseliweran, dan laris dipakai untuk memotivasi orang-orang. Beberapa life coach atau career coach memotivasi orang untuk mengikuti renjana mereka, niscaya kesuksesan akan menghampiri. Malahan, pada akhirnya, tidak jarang ada yang sampai pada kesimpulan: renjana adalah faktor penentu kesuksesan Anda. Apakah itu yang ada di benak para penulis pemula ketika menuliskan biodata mereka? Mungkin saja.
Tentang renjana, seorang penulis Amerika, Cal Newport, menulis sebuah artikel yang baik. Dari artikel tersebut (dan dari buku-buku yang telah ia tulis), ia menyoroti fenomena saat ini, bahwa orang percaya, demi meraih kesuksesan ia harus menemukan passion-nya (sedini mungkin), dan ketika berhasil ditemukan, asal diikuti, Anda akan sukses.
Walhasil, Anda akan menganggap bahwa renjana adalah semacam panggilan atau keinginan dari dalam, bersifat spesifik, dan harus segera Anda temukan. Sebelum memutuskan kuliah, Anda harus berkanjang untuk menentukan jadi apa Anda kelak. Sebelum mencari kerja, Anda harus menunggu “panggilan diri” tersebut mendatangi Anda. Bahkan ketika Anda bekerja, boleh jadi Anda tetap disibukkan dengan pertanyaan, “Apakah ini sesuai keinginanku?”
Namun, menurut Newport, alih-alih menganggap renjana sebagai sesuatu yang telah ada sebelumnya (pre-exist), dan menjadi sebab utama, alangkah lebih tepat untuk memandang renjana sebagai sebuah konsekuensi, alias sebuah dampak/akibat. Cal mengatakan bahwa renjana akan muncul dengan sendirinya, dan mengikuti Anda. Siapa pun (sebagai apa pun) memiliki kesempatan untuk mendapatkannya. Syaratnya, lakukanlah suatu pekerjaan dengan ketekunan (hard work). Untuk memperoleh ketekunan ini, Newport mengatakan bahwa orang harus memiliki: (1) “Sense of autonomy“: Anda tidak dalam keadaan terpaksa, Anda sungguh-sungguh memiliki kendali, (2) “Sense of mastery“: Anda cakap dalam bidang ini, dan bisa terus mendalami bidang ini, (3) “Sense of purpose“: Anda tahu pekerjaan ini memiliki makna, setidaknya bagi lingkungan di sekitar Anda.
Jadi bukan lagi, “Follow your passion” tapi “Do something, and passion will follow you”.
Senada dengan itu, Mihaly Csikszentmihalyi sejak lama menggunakan istilah “flow”. “Flow” adalah kondisi sangat gembira yang sering dialami musisi, atlet, aktor, seniman, atau karyawan ketika mereka sedang tenggelam dalam aktivitas mereka. Mereka memang sangat lelah dengan suatu aktivitas, tapi itu tidak penting, karena mereka gembira.
Setelah menginterview ribuan profesional, menurut Mihaly, hal-hal inilah yang akan membuat Anda mengalami “flow”:
- Fokus dengan suatu aktivitas secara mendalam
- Aktivitas tersebut kita pilih secara merdeka
- Aktivitas tersebut bukan terlalu gampang (under-chalenging), tapi juga bukan terlalu menekan (over-chalenging)
- Aktivitas tersebut memiliki tujuan yang jelas, dan..
- Memberikan hasil (feedback) yang sifatnya segera.
Jadi, apakah menulis sungguh menyenangkan untuk Anda?