Kala Ikan tidak hanya di laut, tapi juga di Langit

Hai #SobatGrasindo kalian pasti tahu novel SEMUA IKAN DI LANGIT karya Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie adalah karya pemenang Sayembara Menulis Dewan Kesenian Jakarta tahun 2016 'kan? Tapi, apa kalian tahu apa yang membuat novel ini menjadi pemenang pertama?
Berikut adalah penggalan artikel pertanggungjawaban Dewan Juri Sayembara Menulis DKJ tahun 2016 atas karya SEMUA IKAN DI LANGIT:
Naskah Semua Ikan di Langit adalah adukan yang sangat memikat antara cerita anak, cerita fantasi, fiksi ilmiah, dongeng, cerita berbingkai dan mitos penciptaan dunia. Ia dibuka dengan narasi yang mengeluarkan aroma inosens yang mengingatkan kami kepada The Little Prince karya Antoine de Saint-Exupery. Dalam sudut pandang anak-anak (yang cerdas dan terbuang) kebebasan dan petualangan hadir dalam pelbagai bentuk. Bumi, langit dan angkasa raya bukan lagi kotak-kotak bersekat, begitu pula lapis-lapis waktu. Para tokoh naskah novel ini bertualang ke ruang angkasa, bolak-balik antara Bandung abad ke-21 dan Auschwitz 1944, lalu kembali lagi ke angkasa yang lepas dari perhitungan waktu manusia. Cerita bergerak berdasarkan penuturan sebuah bus kota dengan tokoh utama seorang anak lelaki yang disapa “Beliau” dan punya kekuatan Ilahiah dalam menciptakan segala sesuatu.
Naskah Semua Ikan di Langit adalah serangkaian eksperimentasi yang tetap menyesuaikan diri pada bentuk-bentuk yang sudah ada. Ia ditulis dengan keterampilan bahasa yang berada di atas rata-rata para peserta Sayembara kali ini. Bukan hanya kemampuan mengorganisasikan setiap elemen novel yang tampak unggul, tetapi kemampuan pengarang dalam menata kalimat demi kalimat memperlihatkan kemahiran yang nyata dan langka. Bahasa Indonesia yang digunakan penulis sangatlah bersih. Kalimat-kalimatnya kokoh dan jauh dari salah cetak. Bahasa Indonesia baku berkelindan dengan ragam cakapan Jakarta, deskripsi berbaur dengan tuturan tokoh, dan semua itu berlangsung dengan sangat mulus. Plastisitas bahasa membuat naskah ini prosa sekaligus puisi. Kendati demikian, watak puitis ini tidak membuat alurnya tersendat, melainkan terus membawa pembacanya dalam arus metafora yang berbinar di setiap titiknya. Cara penceritaannya santai, musikal dan pada bagian-bagian lain tampak menyedihkan dan getir. Inti ceritanya sejatinya tidak secerah pembungkusnya: perjuangan, perjalanan, kekecewaan, kehancuran, kerinduan. Pada akhirnya, ia adalah naskah novel yang mampu merekahkan miris dan manis pada saat bersamaan.
Perbedaan mutu yang tajam antara Pemenang Pertama dan naskah-naskah lainnya, membuat kami tidak memilih pemenang-pemenang di bawahnya. Karena itu, kami memutuskan Tidak ada Pemenang Kedua dan Pemenang Ketiga. Kendati demikian, kami memilih sejumlah naskah yang meski tidak secemerlang Pemenang Pertama, masih menunjukkan sejumlah keunggulan. Naskah-naskah ini kami sebut Unggulan dan kami urutkan berdasarkan nomor naskah.
sumber: https://dkj.or.id/artikel/pertanggungjawaban-dewan-juri-sayembara-menulis-novel-dewan-kesenian-jakarta-2016/
Nah sudah tahu kan sekarang, kenapa SEMUA IKAN DI LANGIT menjadi satu-satunya juara 1 di DKJ 2016! Segera dapatkan di Gramedia terdekat di kotamu!