Mr A vs Miss A: Gravitasia
Author | : | Flazia |
Category | : | Korean wave, K-Fiction |
- Soft Cover
LEE FLORA
Pernahkah kau menyukai seseorang hingga melupakannya akan menjadi hal yang mustahil? Ya, itu yang terjadi padaku. Sekalipun kubilang kehadiran Sejii tidak berarti apa pun untukku, pada akhirnya aku hanya akan membohongi diri sendiri. Dan sekalipun aku berusaha berjalan menjauhinya, pada akhirnya aku justru akan berlari kembali mendekatinya. Dia gravitasiku. Medan magnetnya membuatku tidak bisa menyerah untuk membuktikan bahwa: mencintai tidak sesulit caranya membedakan merah dan hji au; atau jika dia ingin melihat warna di luar dunianya selama ini, aku ada di sini untuk menunjukkannya.
PARK SEIJI
Kau bertanya apa arti kehadiran pasangan dalam hidupku? Aku tidak tahu kenapa aku harus menyempatkan waktu untuk menjawab pertanyaan semacam ini di sela kesibukanku bekerja. Jika yang kau maksud adalah Flora, dia pasienku—dengan diagnosis ankle sprain. Bukan masalah besar, kalau saja dia tidak mendapat cedera itu karena tersandung gaunnya sendiri di hari pernikahan kami. Dan arti dia untukku? Bisa kujawab nanti saja? Tunggu sampai aku yakin bahwa Flo tidak akan lari dariku lagi. Tunggu sampai Flo berhasil menunjukkan warna-warna yang dia janjikan padaku waktu itu.
ISBN | : | 9786023753802 |
Tanggal Terbit | : | 21 March 2016 |
Flazia, nama pena yang diambil dari akronim nama lengkapnya sendiri, Fildzah IzzaziAchmadi.
Halo, di sini Flazia. Ikut serta dalam mewarnai angka populasi Yogyakarta sejak 22 September 1994. Novel pertama saya berjudul Phobia: Aku bahkan Takut Jatuh Cinta yang telah berhasil menjadi novel best seller setelah kurang dari 4 bulan beredar di toko buku (terima kasih untuk para pembaca Phobia di seluruh Indonesia. Tanpa kalian, Phobia tidak akan bisa tumbuh secepat ini :D).
Sejak 2011, saya mulai menulis cerita dengan dua sudut pandang (pihak pria dan pihak wanita). Dan berniat untuk meneruskannya karena orang-orang mulai mengenali cara menulis saya ini, seperti menemukan semacam ciri khas yang ada pada tiap tulisan saya.
Novel Phobia adalah novel pertama yang terlahir dari banyak riset mendalam yang saya lakukan tentang Seoul. Saya ingin memperkenalkan dunia Seoul yang berbeda, selain Pulau Jeju, Pulau Nami, Hanok village, N Seoul Tower yang sudah sering diketahui banyak orang—baik dari novel, drama, atau yang lain.
Saya juga membubuhkan basket dalam novel ini karena akhir-akhir ini saya sudah jarang melihat novel yang menyebut basket. Sejak dulu olahraga ini sangat populer di kalangan remaja, karena itu saya tetap ingin melestarikan kepopuleran basket dan semangat sportifitasnya melalui novel Phobia.
Kenapa memilih menjadi penulis? Karena menulis adalah hidup dan semangat saya. Saya juga ingin menyembuhkan orang dengan tulisan saya, entah itu menyembuhkan perasaan putus asa, sakit hati, ataupun menyembuhkan ketidak-bahagiaan kronis. Saya selalu ingin melihat senyuman di wajah pembaca, karena itu saya lebih sering menulis cerita dengan genre romance yanghappy ending.
Kau berhak lebih bahagia dari hari kemarin. Itu hanya bisa kaulakukan jika kau berani—Phobia, hal.257